Maybrat, Rakyat Merdeka 86 | Jelang 1 Desember setiap tahunnya oleh kelompok OTK TPNPB IV Kodap Sorong Raya di peringati sebagai hari manifesto politik yang di klaim sepihak sebagai hari kemerdekaan, aksi pengibaran bendera Bintang Kejora adalah cara untuk meningkatkan eksistensinya dan dilakukan dengan menghalalkan segala cara agar bendera Bintang Kejora sebagai bendera kebangsaan dapat berkibar di tanah Papua.jumat (1/12/2023)
Dengan ketajaman intuisi operasi Letkol Petir akrab di kenal oleh prajurit Yonif 133/YS yaitu Letkol Inf Andhika Ganessakti di daerah operasi seakan telah mengetahui segala rencana gelap dari kelompok TPNPB IV Kodap Sorong Raya di tambah lagi dengan adanya informasi yang di peroleh dari masyarakat bahwa kelompok OTK tersebut akan membuat aksi-aksi kekerasan kepada masyarakat dan aparat keamanan di wilayah kabupaten Maybrat sebagai bentuk untuk menunjukan eksistensi perjuangan mereka untuk lepas dan merdeka dari NKRI berhasil di gagalkan oleh Satgas Yonif 133/Yudha Sakti.
Lewat analisa operasi Letkol Petir dalam memainkan strategi, 2 hari sebelum 1 Desember di peringati hari Manifesto politik Papua Barat di kerahkan beberapa tim patroli dan tim ambush di berbagai wilayah kabupaten Maybrat yg di perkirakan rawan akan diadakan pengibaran bendera Bintang kejora oleh kelompok TPNPB Kodap IV Sorong Raya. Benar saja bertempat di dusun Aimasa Lama, kampung Ayata, distrik Aifat Timur Tengah di sekitar SMPN 1 Aifat lewat pantauan drone terlihat 8 orang OTK pimpinan Manfred Fatem membawa bendera Bintang Kejora dan membawa beberapa pucuk senjata, dengan senjata merka beberapa kali terdengar mengeluarkan tembakan peringatan sebagai bentuk intimidasi mereka kepada masyarakat. Karena tembakan dari kelompk OTK tersebut masyarakat berhamburan ketakutan keluar dari rumah mereka, hal tersebut membuat sulit tim Patroli Satgas Yonif 133/YS untuk melumpuhkan kelompok OTK tersebut, sehingga perintah operasi Dansatgas Yonif 133/YS kepada tim Patroli menjadi prioritas adalah menyelamatkan dan mengamankan masyarakat sipil dari intimidasi OTK tersebut.
Dengan kondisi tersebut, tindakan yang di lakukan tim Patroli adalah berupaya memisahkan masyarakat dari kelompok OTK dengan cara mengeluarkan tembakan peringatan yang bertujuan menakuti dan memberikan efek getar kepada kelompok OTK tersebut, mengetahui kegiatan mereka telah di ketahui oleh pihak TNI mengakibatkan kelompok OTK berlarian ke menuju hutan meninggalkan masyarakat dan kampung Ayata. Setelah kelompok OTK pimpinan Manfred Fatem meninggalkan masyarakat, tim Patroli mengamankan seluruh masyarakat di rumah Pace Beni Koawin (Kepala sekolah SD Ayata) dan mengidentifikasi bahwa terdapat 34 KK dengan jumlah 149 orang jiwa yang terkena dampak atas intimidasi kelompok OTK tersebut menyisakan rasa ketakutan dan traumatis, sehingga Dansatgas mengambil tindakan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan menurukan tim kesehatan Satgas Yonif 133/YS untuk memeriksa kesehatan fisik dan psikologis masyarakat dan juga merelakan logistik berupa Naraga untuk di bagikan sebagai konsumsi sementara masyarakat kampung Ayata.
Terakhir seruan Dansatgas Yonif 133/YS langsung di hadapan masayarakat kampung Ayata, "TNI khususnya Satgas Yonif 133/YS dan Polri selalu ada di Maybarat, kampung Ayata untuk membantu membuat aman masyarakat dan juga akan selalu membantu segala kesulitan yang di alami masyarakat, masyarakat tidak perlu takut untuk melakukan kegiatan sehari-hari, mari kita sama-sama bangun Papua dengan cinta dan kasih, ko Papua adalah saudara kami di bingkai lewat ikatan kuat NKRI".
(Tim/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar